"Didirikan pertama kali oleh seorang perantau dari Tiongkok bernama Liong Kwie Tjong. Awalnya kedai ini hanyalah sebuah tempat warung kopi yang berada di kawasan petak 9. Nama Tak Kie sendiri berasal dari kata ‘tak’ yang asrtinya orang yang bijaksana, sederhana, dan apa adanya. Sementara itu, kata ‘kie’ sendiri memiliki arti mudah diingat banyak orang. Nama ini tidak berubah sejak pertama kali didirikan. Maksud dari semua itu adalah, bahwa pendiri kedai kopi ini ingin mengajarkan untuk selalu tampil sederhana dan kerja keras kepada para penerusnya. (www.kopiestakkie.com)
Nah, jadi kami sengaja parkir mobil di Pasaraya untuk kemudian naik busway,langsung dari terminal Blok M sampai ke terminal Glodok. Dengan berbekal contekan dari website food blogger yang memberikan arahan jalan menuju ke Kopi Es Takkie, hehehe.
Setelah kami turun di terminal busway Glodok, kami jalan kaki ke arah Pasar Glodok. Jika sudah sampai di Pasar Glodok, masuk ke Jl. Pancoran kemudian telusuri saja sampai menemukan Gang Gloria. Kopi Es Takkie ini letaknya di Gang Gloria, yang memang ada banyak sekali bermacam-macam kuliner. Jika kalian melihat ada warung yang cukup ramai, nah itu pasti Kopi Es Takkie!
Pertama saya masuk. saya langsung merasakan atmosfir tahun 1927-an nya! Warungnya masih sangat otentik, lengkap dengan tulisan Kopi Es Tak Kie yang memang terlihat sudah cukup lama dibuat, ditambah ada tulisan Tionghoa nya. Suasana tempat itu sangat ramai, mungkin karena hari Minggu, dan jam masih menunjukkan pukul 10.00 WIB. Pengunjung yang datang pun bermacam-macam. Ada keluarga yang membawa anak-anaknya, ada sepasang kekasih, bahkan ada beberapa orang lanjut usia yang saya rasa memang sudah sering ke sini.
Kami pesan Bakmie Ayam (sekitar Rp. 20.000,- an) dan Kopi Es Tak Kie (Rp. 17.000,-), haha ya jelas lah itu kan minuman andalannya! Wah, bakmie ayam nya sangat enak! Meksipun tanpa sambal, saos dan kecap, kaldu dari ayam nya sendiri sudah cukup gurih. Dan potongan ayam nya sangat banyak dan besar-besar! Kalau es kopi nya sih jangan ditanya, huhu. Saya dan suami sampai pesan 2 gelas masing-masing ☺
Karena tempatnya semakin penuh, jadi kami tidak bisa berlama-lama disana. Bahkan kami harus sharing meja dengan seorang ibu dan anaknya, saking kami tidak dapat meja. Menu yang ditawarkan memang hanya nasi dan bakmie, tapi saya rasa disitulah letak klasik nya! Oh ya, sekedar informasi, disana juga ada nasi campur, alias makanan yang tidak halal, jadi jika kalian tidak bisa makan yang non halal, sebaiknya tidak usah pesan nasi campur ya. Masih ada Bakmie Ayam dan Roti yang halal dan sangat enak ☺
Kekurangannya hanya satu, yaitu pelayanannya cukup lama. Suami saya sampai harus berkali-kali menanyakan ke salah satu staff, apakah pesanan kami sudah diinput, hehehe. Maklum saja, karena memang super ramai, sih. Kalau untuk masalah tidak menyediakan air conditioner dan tempatnya tidak terlalu besar, menurut saya itu tidak apa-apa. Kan ini letaknya didalam Pasar, jadi wajar jika tempatnya seperti itu.
Setelah satu jam kami berada disana, kami memutuskan untuk beranjak dan ingin melihat seputaran Glodok saja. Disekitar daerah Gang Gloria, ada toko jualan permen. Dan suami saya membeli permen white rabbit yang bungkus plastiknya bisa dikunyah itu loh, hehe.
Jika jalan ke arah perempatan, akan ada bangunan tua yang sangat cantik, yang konon dulu nya adalah Apotik terbesar kedua di Jakarta. Kini bangunan tersebut sudah berubah menjadi Pantjoran Tea House. Next, saya dan suami sudah berencana akan mencoba teh ditempat ini.
"Salah satu bangunan yang menjadi landmark di kawasan Glodok/Pecinan, yang sudah berdiri sejak tahun 1635, adalah sebuah toko obat tertua kedua di Jakarta (d/h Batavia) yang didirikan sekitar tahun 1928, dikenal sebagai Apotheek Chung Hwa. Untuk mendukung upaya pemerintah menjadikan kawasan Kota Tua Jakarta sebagai situs warisan budaya dunia oleh UNESCO, bangunan ini direvitalisasi pada tahun 2015 oleh arsitek Ahmad Djuhara, dan beralih fungsi menjadi kedai teh dengan nama Pantjoran Tea House" (www.pantjoranteahouse.com)
Tibalah saatnya kami pulang, karena jam sudah menunjukkan hampir pukul 13.00 WIB. Sudah siang bolong dan panas sekali.
Saya suka sekali menyusuri daerah Glodok / Pecinan karena sangat menyimpan sejarah dan juga kultur dari budaya itu sendiri. Pasti saya akan ke sana lagi untuk hunting foto. Pasti!
"Kata Glodok berasal dari Bahasa Sunda "Golodog". Golodog berarti pintu masuk rumah, karena Sunda Kalapa (Jakarta) merupakan pintu masuk ke kerajaan Sunda. Karena sebelum dikuasai Belanda yang membawa para pekerja dari berbagai daerah dan menjadi Betawi atau Batavia, Sunda Kelapa dihuni oleh orang Sunda. Perubahan 'G' jadi 'K' di belakang sering ditemukan pada kata-kata Sunda yg dieja oleh orang non-Sunda, terutama suku Jawa dan Melayu yang kemudian banyak menghuni Jakarta" (Wikipedia)
Kopi Es Tak Kie
Jl. Pintu Besar Selatan 3 No. 4-6,
Glodok, Jakarta
Love,
Girl With An Attitude
No comments:
Post a Comment