"Selamat Hari Kartini!"
Begitulah yang ditulis oleh hampir setiap orang di status Twitter dan Facebook mereka (termasuk saya). Iya, karena hari ini tanggal 21 April, merupakan hari lahirnya Ibu kita Kartini. Pahlawan wanita yang sangat tegar dan berjasa pada zamannya, dan memberikan efek yang sangat besar di zaman sekarang. Zaman emansipasi wanita. Namun sebenarnya bukan beliau yang ingin saya bahas pada postingan saya ini. Melainkan ibu Kartini yang lain. Yaitu almarhumah Opung dari pihak mama saya, yang bernama Kartini Lubis. Lucu sekali namanya bisa persis dengan tokoh wanita kuat itu.Tapi Opung saya pun juga tidak kalah kuat dan tegar. Opung saya dulu adalah wanita yang sangat cerdas. Pintar bermain musik dan berdansa. Dan pintar membawa diri dengan baik, sehingga banyak sekali teman-teman yang sangat menyayangi nya. Dulu pada saat saya masih kecil (kira-kira sampai saya kelas 5 SD), hampir setiap tahun saya pulang kampung ke Medan pada saat Lebaran. Semua berkumpul dirumah Opung wanita saya itu. Karena pada saat itu, hanya beliau lah yang masih hidup. Opung dari pihak papa saya sudah lama meninggal. Begitu pula dengan suami Opung Kartini. Cucu-cucu beliau ada 13 orang, dan saya adalah cucu ke 12 (cucu perempuan yang paling muda). Dulu kami semua memangil dia "Opung Bek-Bek", karena dulu kami suka bercanda kalau Opung Kartini itu sangat cerewet seperti bebek, maka kita juluki dia "Opung Bek-Bek". Dan beliau pun tidak keberatan. Justru itu dianggap sebagai panggilan sayang yang unik dari semua cucu nya. Karena saya dan kedua kakak saya adalah cucu-cucu yang tinggal di Jakarta, jadi setiap kali kita pulang ke Medan, kita selalu di manja dan di "jamu" dengan baik oleh beliau. Apapun yang dulu kita minta, pasti dibelikan sama Opung. Beliau dompetnya memang kecil mungil. Karena hanya merupakan dompet jepit khas nenek-nenek. Namun entah diselipkan dimana, sepertinya pasti selalu ada banyak uang didalam dompetnya. Hehe. Saya minta mainan, pasti dibelikan. Saya minta permen dan coklat, pasti dibelikan. Hanya satu yang dilarang dia, yaitu jika saya manjat-manjat pohon buah kelengkeng yang berada dihalaman depan. Setiap kali beliau melihat cucu nya sedang manjat pohon, pasti beliau langsung berteriak-teriak menyuruh turun. Oh iya, Opung juga selalu wangi, dan rajin sekali memakai bedak padat produk Cina yang awet dia pakai dari masa mudanya.
Namun beliau meninggal pada saat saya berusia 13 tahun. Kalau tidak salah pada saat beliau berusia 79 tahun. Kami semua sangat sedih. Kehilangan Opung yang sangat kami sayangi. Pada saat beliau meninggal, hanya mama saya yang pergi ke Medan (itupun sambil mengejar waktu). Karena pada saat itu saya dan kedua kakak saya sedang sekolah. Sehingga tidak sempat untuk ikutan ke Medan. Opung memang sudah meninggal bertahun-tahun lama nya, namun kenangan manis saya mengenai beliau tidak akan pernah saya lupakan. Beliau adalah sosok Kartini di dalam keluarga saya. Kini saya tau, dari mana sifat baik hati, supel, berjiwa seni dan humoris yang ada pada mama saya. Ya tidak lain berasal dari Opung tercinta saya itu. Terima kasih sekali lagi Opung, engkau telah melahirkan mama saya ke dalam dunia ini, dan menjadikannya "malaikat" di dalam hidup saya. Selamat istirahat dengan tenang 'Di Sana' ya, Opung :)
No comments:
Post a Comment