Sunday, September 11, 2011

The Music Never Stopped


Sudah pernah ada yang nonton film lama yang berjudul Lorenzo's Oil kah? Film The Music Never Stopped ini kurang lebih hampir sama persis ceritanya. Yaitu mengenai orang tua yang berjuang untuk menyembuhkan anak semata wayangnya dari penyakit, agar bisa sembuh seperti sedia kala. Film ini menurut saya sangat bagus, karena based on true story dan terutama karena saya juga pecinta musik. Bercerita mengenai orang tua (sang ayah yang lebih berjuang) untuk menyembuhkan anaknya yang baru saja terkena tumor otak. Tumornya sudah hilang, namun efeknya lah yang menjadi masalah. Efeknya yaitu, sang anak menjadi short termed memory, alias mudah lupa dan terkadang suka tidak bisa mengendalikan emosi yang digerakkan dari otak. Cara menyembuhkannya yaitu, sang anak selalu disuguhkan oleh musik-musik yang selama ini selalu atau pernah dia dengar. Dengan bantuan seorang terapi musik, sang anak dibantu agar pelan-pelan memori nya bisa sempurna kembali. Dari mulai musik The Beatles, Rolling Stones, Bob Dylan, Buffalo Springfield, The Grateful Dead, dll. Berhubung film ini banyak menyajikan adegan flashback, maka banyak sekali tahun-tahun yang dilewati. Contohnya saat sang anak masih kecil, adegan dibawa ke tahun 1950-an, kemudian saat sang anak sedang berada di bangku SMA, tahun 1970-an lah yang ditampilkan. Filmnya sendiri bersetting tahun 1986.
Hanya dalam waktu beberapa bulan, pelan-pelan memori sang anak bisa bangkit kembali. Dia bisa mengingat saat dimana dia sedang menjadi seorang pemberontak dan kabur dari rumah, saat pertama kali jatuh cinta dengan seorang wanita, dan saat bandnya manggung di acara sekolah. Sepanjang film saya terharu melihat perjuangan  kedua orang tua tersebut. Bahkan saat sang ayah dirawat di Rumah Sakit, dia tetap berjuang menelpon stasiun radio yang sedang mengadakan kuis, untuk mendapatkan 2 tiket konser band The Grateful Dead. Yang akhirnya memang dimenangkan, dan diberikan kepada sang anak. Terharu sekali saya! Adegan sedihnya adalah, saat sang ayah meninggal, dan tidak akan pernah kembali lagi untuk mengunjungi anaknya seperti dulu. Secara keseluruhan menurut saya filmnya bagus, akting para pemain juga maksimal, namun alur cerita berjalan sedikit lambat. Mungkin sebagian orang yang tidak suka dengan film yang beradegan flashback, tidak disarankan untuk menonton film ini. Hanya satu yang kurang menurut saya, yaitu saat diakhir cerita, tidak ditunjukkan bagaiman kelanjutan atau akhiran dari cerita sang anak tersebut. Tidak seperti film-film based on true story lainnya, yang biasanya diakhir cerita dijelaskan seperti apa keadaan sebenarnya si tokoh film tersebut. Karena saya penasaran, saat ini apakah yang telah terjadi dengan si Gabriel Sawyer, sang anak tersebut.

No comments: