"Orang Batak tidak harus galak. Saya batak, namun saya tidak galak.
Sekian."
Begitulah kira-kira yang saya tulis didalam status Twittter saya beberapa waktu yang lalu. Iya karena menurut saya seseorang yang bersuku Batak, tidak harus mempunyai tabiat yang galak. Banyak sekali orang yang mempunyai kesimpulan bahwa orang Batak itu kalau ngomong keras dan menggelegar. Seakan-akan sedang marah atau sedang berdebat dengan lawan bicaranya. Dan banyak yang menyimpulkan juga bahwa orang Batak mempunyai sifat yang tegas dan tidak bisa berbasa-basi (errr..kalau untuk yang dua kesimpulan itu saya sedikit setuju). Saya terlahir asli sebagai pemilik suku Batak. Ayah saya mempunyai marga Siregar, dan Ibu saya mempunyai marga Nasution. Siregar berasal dari Sipirok, dan Nasution berasal dari Mandailing, Tapanuli Selatan ( bah! macam yang mengerti saja aku ini). Jadi bisa dipastikan kalau nama saya pun memakai marga Siregar. Yang pertama kali orang bilang pada saat tau saya orang Batak adalah "Orang Batak kok kalem? Lebih mirip Jawa deh". Ngga cocok deh loe jadi orang Batak". Wow, masa sih? Ah, saya tidak terima dibilang saya tidak cocok menjadi Batak. Belum tau aja saya kalau marah seperti apa (hehe, padahal saya jarang marah juga). Belum tau aja selera makan saya seperti apa. Orang Sumatra kan makannya banyak (padahal memang dasarnya saya aja yang maruk bin rakus, dan pelahap segala. Kecuali jengkol, ati ampela, durian, pete, dan makanan basi). Loh kok jadi membahas makanan? Oke, kembali ke masalah per Batakan.
Dulu saat saya masih kecil dan berumur sekitar 3 tahun, saya pernah menyangka bahwa orang Batak itu suka memakan orang (barbar sepertinya). Saya ingat pernah ada teman Ayah saya (yang bersuku Batak) sedang datang ke rumah, dan bisa dipastikan saat mereka berdua bertemu, bahasa Batak lah yang digunakan. Dan kalau tidak salah, salah satu dari mereka ada yang berceletuk kalau "orang Batak memakan orang". Oh no! Sungguh menyeramkan. Namun lama-lama saya sadar bahwa itu tidak benar. Orang Batak tetap makan nasi dan lauk pauknya kok. Sama seperti suku lainnya. Dan tidak semua orang Batak itu galak dan kalau ngomong harus teriak-teriak seperti sedang berada didalam goa. Masih banyak juga kok orang Batak yang halus dan masih tertatar dengan baik cara bicaranya. Sebagai pemilik suku Batak namun lahir dan besar di Jakarta Raya ini, ingin rasanya saya bisa menguasai bahasa kampung saya tersebut. Sangat disayangkan, sepertinya generasi sekarang banyak yang kurang lancar atau bahkan tidak bisa berbahasa daerah nya sendiri. Beberapa bahasa Batak yang saya tau adalah sebagai berikut :
- Ise buse doon? Yang artinya "Siapa dia / orang itu?"
- Na lolot maon. Yang artinya "Lama sekali"
- Na jeges na. Yang artinya "Cantik sekali"
- Masai tabo. Yang artinya "Kenyang atau keenakan makan"
- Songon bodat doho. Yang artinya "Seperti monyet"
Baiklah cukup sekian dulu les bahasa Batak nya. Hehe. Ingin sekali saya bisa lancar berbahasa Batak, atau setidaknya mengerti dengan percakapannya. Karena saya bangga dan bangga dan bangga menjadi orang Batak. Saya bangga dibilang orang Batak yang keras dan tegas. Saya bangga menggunakan marga Siregar setiap kali saya menuliskan nama lengkap saya. Saya bangga mempunyai julukan Bureg (Boru Regar) atau Butet, jika sesekali banyak saudara sedang berkumpul. Dan baiklah, saya juga bangga jika banyak yang bilang bahwa "orang Batak itu galak". Meskipun kenyataannya tidak semua galak. Ya kalapun galak juga kan tidak segalak anjing galak (yang kadang banyak sekali ada papan bertuliskan "Awas Anjing Galak"). Tapi yang penting tidak pernah ada papan yang bertuliskan "Awas Batak Galak". Ya toh?
No comments:
Post a Comment