Tadi malam saya menonton pementasan teater yang diadakan oleh Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. Judul pementasannya adalah "Visa", dan dibawakan dengan sangat baik oleh Teater Satu yang berasal dari Bandar Lampung. Grup teater yang pernah dinobatkan sebagai grup teater terbaik oleh majalah Tempo ini, menampilkan 14 pemain yang sangat alami permainannya. Masing-masing tokoh mempunyai karakter dan masalahnya masing-masing. Naskah "Visa" karya Goenawan Mohamad itu mengisahkan serombongan orang yang mengurus pengajuan visa di Kedutaan Amerika Serikat. Setiap orang punya kepentingan dan masa lalu sendiri-sendiri yang kadang muncul dalam sebentuk refleksi. Ada ibu yang hendak mengunjungi cucu nya di Honolulu. Ada sang pengusaha barang-barang retail yang hendak menghadiri seminar keuangan di Memphis. Ada sang peramal yang sangat cinta dan tergila-gila oleh kota Detroit, dan lain-lain. Hampir semua kota di Amerika Serikat disebutkan didalam dialog teater ini. Adegan favorit saya adalah pada saat ada seorang anak sekolah, yang sedang bermain boneka muppet dikedua tangannya. Dan melakukan adegan percakapan sendiri antara si boneka Mickey Mouse, dan si boneka Dinousaurus. Kalimatnya kurang lebih seperti ini :
Boneka 1 : "Hai, kamu mau kemana?"
Boneka 2 : "Aku mau ke Amerika dong"
Boneka 1 : "Loh, kamu mau ngapain ke Amerika?"
Boneka 2 : "Aku mau mencari papaku, karena katanya dia kesana mau bermain kartu Remi sama teman-temannya. Tapi udah bertahun-tahun ngga pulang"
Boneka 1 : "Oh gitu. Kalau aku mau ke Amerika karena iseng aja. Karena ngga tau mau ngapain lagi di Indonesia".
Terdengar sangat simple. Padahal menyindir. Menyindir orang-orang kaya, yang pada dasarnya hanya bisa menghamburkan uang saking tidak ada kerjaannya. Ironis memang. Tapi itulah kenyataannya. Keseluruhan menurut saya alur ceritanya bagus. Disajikan dengan sederhana, tidak bertele-tele, dan tidak begitu banyak dialog. Justru hanya dengan "bahasa tubuh" yang bagus, penampilan semua tokoh bisa dibilang cukup maksimal. Terutama tokoh sang banci. Pementasannya sendiri berdurasi selama 1 jam 40 menit, dan dihadiri kurang lebih 200 orang . Seperti biasa, Om Goenawan Mohammad selalu menampilkan karya yang luar biasa bagusnya. Sang sutradara nya sendiri, Iswadi Pratama pun mengakui "Ini naskah tersulit yang pernah saya tangani". Salut! Sayang, selama pementasan para penonton dilarang mengambil foto dengan kamera maupun handphone. :'(
No comments:
Post a Comment