Singapore, Juni 2009
Dear
Anya,
Apa
kabar kamu di Jakarta sana? Ternyata sudah hampir 2 tahun kita tidak bertemu.
Entah kenapa, belakangan ini aku sangat merindukanmu. Membayangkan wajahmu yang
lugu dan menggemaskan. Rambutmu yang berponi. Mata mu yang mempunyai tatapan
seperti bayi. Kulitmu yang putih dan berbulu halus. Sepertinya aku sangat ingin
memelukmu saat ini. Mendengar cerita-cerita mu yang seru. Dan melihat caramu
bercerita yang sangat menggebu-gebu. Membuatku semakin ingin mendekapmu dalam
pelukku.
Jadi
teringat masa lalu kita dulu. Saat kita berdua masih pacaran, dan saat itu kita
selalu seiya sekata. Masa-masa indah bersama kamu. Tapi ya sudahlah, itu semua
sudah berlalu. Aku berharap sekarang ini kamu baik-baik saja. Dan akan selalu
baik-baik saja.
With
Love,
Daniel
Kemudian
Anya hanya menangis membaca isi email dari Daniel yang juga dibaca oleh
sahabatnya, Dita. Ingin sekali rasanya Anya membalas email dari lelaki yang
sangat dicintainya itu. Namun Anya tidak bisa. Sangat tidak bisa! Lalu dia
menyuruh Dita untuk menghapus email tersebut. Dita pun menekan tombol delete.
Dalam sekejap email dari Daniel pun terhapus.
Singapore, Juni 2009
Dear Anya,
Aku
harap kamu baik-baik saja. Kok email ku tidak kamu balas? Sedang sibukkah? Atau
memang belum dibaca? Aku harap kamu sudah membacanya, dan akan segera
membalasnya. Aku hanya ingin tau kabar dari kamu. Itu saja. Please reply yah…
With
Love,
Daniel
Dita
membacakan email kedua dari Daniel
kepada Anya. Dan Anya kembali menangis, kemudian berteriak “Aku tidak baik-baik
saja Daniel. Seandainya kamu tau itu!”
Bulan
Juni pun berganti bulan Juli. Tidak ada tanda-tanda satupun balasan email dari
Anya. Daniel pun gelisah. Cemas. Dan bertanya-tanya. “Mengapa Anya tidak
membalasnya? Apakah yang sedang terjadi terhadap dirinya? Apakah dia baik-baik
saja? Atau dia memang sudah melupakan ku, sehingga email-email dariku tidak di
gubrisnya?” Puluhan pertanyaan terbersit dalam pikiran Daniel. Daniel mencoba
mencari tahu. Menanyakan keadaan Anya kepada teman-teman terdekatnya. Namun
mereka pun juga tidak tau. Jika pun tau, mereka lebih memilih menutup mulut.
Tidak mau menceritakan apa-apa tentang Anya kepada Daniel.
Singapore, Juli 2009
Dear
Anya,
Please
Anya, beritahu aku kabar tentangmu. Aku hanya ingin tau tentang keadaanmu. Itu
saja!
Aku
mohon, jangan marah padaku.
With
Love,
Daniel
Tanpa
Dita membacakan email Daniel yang baru itu kepada Anya, Anya sudah menyuruh
Dita untuk menghapusnya. Delete! Dan email Daniel pun terhapus.
Sekitar
2 tahun yang lalu, Anya dan Daniel adalah sepasang kekasih. Anya wanita yang
sangat menyenangkan, pintar, manja dan sangat pintar memasak. Sementara Daniel
adalah pria berwajah ganteng, berwibawa namun humoris, dan selalu bisa membuat
Anya tertawa.
Semua
orang bilang bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang sangat serasi. Selalu
terlihat saling menyayangi, penuh perhatian satu sama lain, dan mempunyai
banyak persamaan. Hari-hari mereka jalani dengan bersama penuh cinta. Bahkan
mereka sudah berandai-andai akan segera menikah.
Tapi
angan-angan tinggal lah angan-angan. Karena Daniel berpaling ke lain hati. Dia
bertemu dengan seorang wanita yang lebih cantik dan pintar. Itu membuat Daniel
menjadi terbagi cinta nya. Awal nya Daniel masih bisa bertahan dengan Anya.
Namun pelan-pelan, hati nya pun tidak bisa berbohong. Dia mulai hilang rasa
dengan Anya. Dan semakin ada rasa dengan wanita baru nya. Anya dan Daniel pun
putus! Anya sangat sakit hatinya, tidak menyangka Daniel yang begitu baik dan
sayang padanya, berubah menjadi lelaki yang bajingan karena telah menduakan
cinta nya. Anya pun sangat membenci Daniel! Daniel pun mengerti itu. Maka
mereka pun menjauh. Akhirnya Daniel tidak menolak ajakan wanita itu untuk
tinggal dan mencari kerja di Singapura.
Dua
tahun pun berlalu. Daniel sudah tidak bersama wanitanya. Karena ternyata
didalam lubuk hati Daniel yang terdalam, dia masih sangat mencintai Anya. Maka
dari itu lah Daniel mulai sering berkirim email ke Anya. Berharap Anya
baik-baik saja, dan tidak membenci dirinya. Namun setelah beberapa email yang
telah dikirimkan, tak satupun yang dibalas oleh Anya. Dan Daniel pun menulis
email lagi untuk terakhir kalinya pada Anya :
Singapore, Juli 2009
Dear
Anya,
Baiklah
kalau begitu, aku rasa kamu masih sangat membenci aku. Aku hanya ingin kamu
tau, bahwa aku masih SANGAT MENCINTAIMU!!! Aku sangat rindu denganmu.
Belakangan ini, hanya kamu yang ada di pikiranku. Kamu membuat ku gila! Asal
kamu tau Anya, aku telah putus dengan wanita itu. Karena dia tau, bahwa aku
masih sangat mencintaimu. Saking cintanya aku padamu, aku rela melakukan hal
gila. Aku telah memotong kaki kananku sendiri!!! Dengan sebuah pisau besar.
Sehingga aku pincang. Ini sengaja aku lakukan, agar aku tidak bisa berjalan.
Agar aku tidak bisa menghampiri mu ke Jakarta sana. Karena aku tau kamu masih
sangat benci sama aku.
Jika
kamu memang betul-betul tidak mau berhubungan dengan ku lagi, ya sudahlah aku
terima. Ini memang karma ku. Tapi aku hanya ingin kamu tau, itu saja.
Terima
kasih Anya atas segalanya.
With
love,
Daniel
Sehari
setelah nya, Danile mendapatkan balasan email dari Anya. Dan Daniel pun
membacanya :
Dear
Daniel,
Ini
Dita, temannya Anya. Hanya ingin bilang, bahwa email-email dari mu sudah Anya
baca semua. Dia mengerti dan dia menangis tiap kali membacanya. Maaf seribu
maaf Anya tidak bisa membalas semua email mu. Karena tidak beda jauh denganmu
Daniel, Anya juga melakukan hal gila. Dia memotong hampir seluruh jari
tangannya sejak setahun lalu. Itu dia lakukan agar dia tidak bisa menulis
email, menelpon atau mengetik sms untuk mu. Karena pada dasarnya dia masih
sangat mencintaimu. Tapi dia menahan diri untuk tidak menghubungi mu. Dan saat
ini pun dia menangis, karena menyesal dengan apa yang telah di lakukan.
Dia
hanya ingin kamu tau, bahwa dia juga masih sangat mencintaimu, Daniel.
Regards,
Dita.
Daniel
pun tercengang membacanya. Pantas selama ini Anya tidak pernah membalas email
dan menghubunginya. Karena dia telah memotong jari -jarinya sendiri. Saat itu
juga Daniel sangat ingin segera pergi menemui Anya ke Jakarta. Daniel nekat
akan pergi dengan keadaan pincang. Dia berpikir, kenapa tidak dari dulu saja
dia melakukan ini? Karena Daniel merasa bahwa cinta mereka berdua memang sangat
kuat. Mereka melakukan hal yang sangat gila hanya karena cinta! Kini mereka
sama-sama cacat…hanya karena cinta! “ Tunggu aku di Jakarta Anya, aku akan
segera menemuimu” ujarnya.
No comments:
Post a Comment