Thursday, March 21, 2013

Kisah seorang "Mari"

Saya sangat suka menulis. Dan itu sudah sering saya katakan, bahwa saya suka dan cinta akan hal menulis. Maka dari itu saya memutuskan untuk mempunyai sebuah blog. Mungkin darah menulis ini saya dapat dari Ayah saya yang memang merupakan seorang penulis. Sudah mendarah daging ternyata. 

Saya lupa kapan pertama kalinya saya menulis tulisan dengan sangat baik dan benar. Namun yang saya ingat, sejak kecil, saya memang suka menulis buku harian atau Diary. Semua saya tuangkan disana. Namun lebih kepada cerita atau kejadian yang baru saja saya alami. Saat duduk dibangku SD dan SMP pun, saya sangat suka pelajaran mengarang Bahasa Indonesia. Karena disitu saya bisa bebas bercerita yang saya mau. Entah itu kejadian nyata ataupun khayalan. Namun saat saya duduk di bangku SMA, barulah saya mulai serius menulis. Saya mulai menulis puisi, dan pertama kalinya saya mencuri-curi waktu menulis sebuah puisi disaat saya sedang belajar di dalam kelas. Kemudian saya mulai berani menulis cerita, dan sebuah novel. Yang sempat saya ajukan dan tawarkan ke beberapa penerbit, namun sampai detik ini belum satupun yang menerima karya tulisan saya.

Namun beberapa hari yang lalu, saya teringat bahwa dulu saat masih duduk di bangku SD, saya sempat mengarang sebuah cerita yang saya tulis di dalam buku coret-coret saya. Pada saat itu saya menulis tentang seorang anak perempuan berusia 9 tahun bernama Mari. Mari merupakan anak yang sombong, keras kepala, pemarah dan tidak mempunyai banyak teman. Dia sangat manja pada keluarga nya, dan tidak pernah bisa dinasehati. Begitu pula di sekolah, dia tidak mempunyai teman yang mau diajak bermain. Sampai pada suatu hari, Mari berubah menjadi anak yang patuh, baik dan tidak lagi keras kepala. Dikarenakan saat ada tamu orang tuanya datang ke rumah, dan saat tamu tersebut ingin pamit dan berkata "Mari, saya pulang dulu". Maka si anak yang bernama Mari tersebut langsung menjawab dengan angkuhnya "Iya, iya, saya izinkan pulang. Silahkan pulang!". Sang tamu dan orang tua Mari pun bingung, mengapa anak itu sangat kasar terhadap sang tamu. Padahal maksud si tamu menyebut kata "Mari", bukanlah memanggil nama si anak. Melainkan sebuah "kalimat pamit", yang mengisyaratkan bahwa sang tamu ingin pulang. Setelah kejadian itu, orang tua Mari pun marah dan menasihati anak semata wayangnya itu. Sejak itulah Mari sadar, bahwa dia tidak boleh menjadi anak yang egois dan berburuk sangka. Hanya karena ada seseorang yang menyebut kalimat"'Mari", bukan berarti seseorang itu memanggil nama dia. Hehe.

Jika diingat-ingat, ternyata sangat lucu ya bahwa saya pernah menulis cerita seperti itu. Untuk ukuran anak SD, ya cukup kreatif lah, hehe. Namun sayang buku tersebut sudah hilang entah kemana. Kalau tidak, pasti sudah saya simpan agar tidak kotor dan kertasnya tersobek.

Kesimpulannya, menulis merupakan salah satu hobi saya. Dan saya ingin suatu saat nanti, ada hasil dari sesuatu yang saya lakukan dengan sepenuh hati ini. Apapun itu, jika saya ingin menulis, saya tidak pernah memaksakan bahwa saya harus menulis sesuatu. Saya tipikal yang spontan dan apa adanya. Sehingga semua tulisan yang saya tulis, ya mengalir begitu saja tanpa ada paksaan. Karena pada dasarnya saya menulis dari hati. Hati yang memang cinta menulis :)

No comments: